Selasa, 19 Juli 2011

Waspadai Munculnya Benjolan di Leher


*Bisa Jadi Terkena TBC Kelenjar

*Tak Menular Kecuali Disertai TBC Paru


SETIAP organ tubuh yang diciptakan Tuhan bagi manusia pasti memiliki peran tersendiri untuk kelangsungan hidup seseorang. Termasuk kelenjar getah bening. Jika dilihat dari perannya, kelenjar ini memiliki peran sebagai pertahanan pertama masuknya kuman dan sel-sel tumor ke dalam tubuh.

"Bila terjadi infeksi organ tubuh, kelenjar getah bening dalam tubuh akan membengkak. Ini adalah kondisi wajar sebagai bentuk mekanisme tubuh mempertahankan diri dari serangan kuman," terang dr Arief Koswandi SpPD, dokter spesialis penyakit dalam RS Awal Bros Batam.

Kelenjar getah bening itu sendiri terdapat pada beberapa bagian tubuh yang berbeda. Mulai dari leher, ketiak, sela paha, serta di dalam perut. Dan bila terjadi infeksi pada tubuh, biasanya kelenjar itu akan membengkak.

Infeksi kelenjar itu sendiri terbagi menjadi dua yakni infeksi non spesifik yakni infeksi akibat adanya peradangan organ tubuh lain dan infeksi spesifik yakni adanya tubercolusis (TBC) kelenjar atau penyakit kelamin.Untuk wilayah Batam, kasus yang cukup banyak dialami pasien adalah TBC kelenjar.

"Jika dilihat dari gejala klinisnya, derita TBC kelenjar diawali demam berkepanjangan, batuk lama, nafsu makan menurun, serta munculnya benjolan-benjolan pada leher atau ketiak, serta sela paha. Hanya saja, yang paling banyak ditemukan adalah adanya benjolan di leher," terangnya.

Benjolan yang merupakan pembesaran kelenjar itu biasanya akan terlihat mengelompok. Dan suatu saat benjolan-benjolan itu akan pecah serta mengeluarkan cairan seperti nanah. Sehingga, sebagai langkah antisipasi jika memang terjadi benjolan pada bagian tubuh seperti leher, ketiak, sela paha segera memeriksakan diri ke dokter. Karena bisa jadi, benjolan ini merupakan tanda awal seseorang terkena TBC kelenjar.

Sebab, semakin dini seseorang mengetahui jenis penyakit yang dideritanya, maka penanganan secara cepat juga akan lebih mudah untuk dilakukan.

Butuh Sembilan Bulan untuk Penyembuhan


KETELATENAN merupakan kunci utama untuk menyembuhkan TBC. Bagaimana tidak, agar bisa terbebas dari penyakit ini penderita harus menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat setiap hari secara rutin selama berbulan-bulan. Jika lalai dalam mengonsumsi obat, penderita akan semakin jauh dari kesembuhan.

"Jika TBC paru bisa disembuhkan dengan mengonsumsi obat secara terus menerus selama enam bulan, penyembuhan TBC kelenjar membutuhkan waktu yang lebih lama yakni hingga sembilan bulan,"

Untuk obat, jenis obat yang harus dikonsumsi oleh penderita TBC kelenjar tidak berbeda dengan obat yang dikonsumsi oleh penderita TBC paru atau TBC lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu konsumsi obat.

Meski TBC kelenjar masuk dalam kategori TBC, tetapi penyakit ini bukanlah tipe penyakit yang akan menular pada orang lain. Kecuali penderita TBC kelenjar bersangkutan juga menderita penyakit TBC paru. Sebab, bila derita yang dialami adalah TBC paru, maka penyakit itu akan menular pada orang lain melalui nafas.

Dan bentuk penularan yang akan dialami nantinya tidak akan selalu berupa TBC paru tapi bisa juga TBC lain termasuk TBC kelenjar. Selain akibat penularan dari penderita TBC paru, munculnya TBC kelenjar juga bisa terjadi karena seseorang pernah terinfeksi TBC paru waktu kecil.

Dan saat pederita memiliki stamina kuat, kuman tersebut tidur. Namun setelah stamina menurun, kuman bangun dan menyebabkan munculnya kembali TBC termasuk TBC kelenjar.

"Tidak setiap orang yang mengalami kontak secara langsung dengan penderita TBC paru akan langsung tertular penyakit ini. Sebab, semua tergantung ketahanan tubuh masing-masing. Bila seseorang sedang dalam kondisi fit maka kemungkinan tertular sangat kecil, begitu pula sebaliknya," terangnya.

Karenanya untuk menghindari tertularnya TBC paru yang bisa berdampak pada terkenanya derita TBC kelenjar, penjagaan kondisi tubuh harus selalu diperhatikan. Misalnya dengan menganut pola hidup sehat yakni makan dan olahraga teratur, istirahat cukup dan bila perlu rajin mengonsumsi multivitamin. Sebab, dengan tubuh yang sehat, seseorang lebih siap mempertahankan diri dari serangan penyakit.

Segera Lakukan Pemeriksaan Biopsi

PEMERIKSAAN biopsi hingga kini masih menjadi satu-satunya cara pemeriksaan yang bisa membantu seseorang mengetahui penyebab terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening pada tubuh. Sebab, hasil pemeriksaan ini bisa memberikan hasil yang akurat hingga 100 persen.

"Bila kita menemukan munculnya pembengkakan kelenjar getah bening, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan biopsi. Dengan begitu, bila ditemukan penyakit akan lebih mudah diatasi," kata dr Arif Koswandi SpPD, dokter spesialis penyakit dalam RS Awal Bros Batam.

Dalam pemeriksaan yang dilakukan secara patologi anatomi (PA) ini, dokter akan mengambil sampel jaringan pada kelenjar untuk diperiksa lebih lanjut. Melalui contoh jaringan ini akan diketahui apakah telah terjadi infeksi atau tidak.

"Pemeriksaan itu juga akan memberikan gambaran, organ mana yang telah terkena infeksi dan telah menyebar hingga getah bening. Misalnya telah terjadi infeksi usus, maka hasil pemeriksaan akan menunjukkan bahwa kelenjar getah bening telah terpapar penyakit dari usus," katanya.

Perlunya pemeriksaan sejak dini, karena infeksi kelenjar kadang tidak menampakkan tanda-tanda khas selain terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening. Pembengkakan ini biasanya diikuti dengan munculnya rasa nyeri dan terlihat merah. Meski tidak selalu pasti, pembengkakan kelenjar ini terjadi karena adanya infeksi organ tubuh terdekat dengan kelenjar getah bening.

Lain halnya bila pembengkakan terjadi pada semua kelenjar getah bening yang pada seluruh tubuh. Kondisi ini bisa jadi karena adanya tumor kelenjar atau adanya tumor pada organ lain pada tubuh. Dan untuk memastikannya hanya bisa dilakukan melalui pemeriksaan biopsi.

"Pemeriksaan biopsi juga bisa menjadi penentu apakah infeksi yang terjadi pada tubuh termasuk golongan infeksi spesifik seperti adanya TBC kelenjar atau non spesifik akibat adanya peradangan organ tubuh seperti nyeri gigi, tenggorokan, dan sebagainya," jelasnya. (*)