Cinta adalah sebuah proses yang tidak akan pernah mencapai definisi yang pasti dan sempurna. Selama kita mencintai, selama itu pula kita berproses dengan cinta, dalam cinta dan belajar dari cinta. Ketika kita mencintai, maka berarti kita harus belajar memberi, mengerti dan berbagi, belajar menerima kekurangan dan menghargai kelebihan, serta belajar menjaga mata dan hati. Di saat kita mencintai, maka kita pun belajar memaafkan dan mencintai ketidaksempurnaan karena cinta bisa saling melengkapi dan saling mengisi. Namun, dalam mencintai, bersikaplah wajar dan apa adanya, jangan berlebihan dan menganggap sempurna karena hanya Yang Maha Cinta yang pantas menerima penghambaan sempurna.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda
Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah musuh atau orang yang kamu benci sewajarnya saja, karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu.
Hadits ini memiliki makna yang dalam dan perlu perenungan yang benar-benar tulus. Ketika kita mencintai sesuatu atau seseorang, biasanya kita menganggapnya yang paling istimewa bahkan sempurna, sehingga ketika suatu hari menemukan kekurangannya kita merasa kecewa bahkan terluka luar biasa. Tanpa cinta, memang sengsara. Namun, berharap pada cinta manusia, tak selalu indah. Bersandar pada cinta insani, tak selalu bahagia. Kewajaran dalam mencintai dapat menuntun hati pada kesiapan menerima berbagai kemungkinan. Kalaupun sakit, tidak larut dalam rasa sakit dan memelihara luka. Jika bahagia pun, tidak lena dalam rasa bahagia hingga lupa berpijak pada kenyataan.
Karena itulah, cinta merupakan proses belajar mencintai cinta itu sendiri, bukan sekedar merasakan dan menikmati rasa cinta semata.
Belajar mencintai berarti belajar mengelola harapan. Ketika kita berharap banyak pada cinta manusia, maka bersiaplah terluka karena harapan tak selalu seindah kenyataan. Dan di saat kita memberi harapan pada seseorang hingga ia mulai mencintai kita, maka kita harus menjaga hatinya. Sekali kita melukainya atau meninggalkannya begitu saja, maka mungkin saja akan menjadi kenangan pahit dalam hidupnya yang tidak bisa dilupakannya sepanjang ia mengingat kita.
Belajar mencintai berarti belajar menerima apa adanya bukan mengharapkan kesempurnaannya.. Menerima kekurangannya, menghargai kelebihannya, sehingga kita tidak akan membanding-bandingkannya. Mungkin tanpa kita sadari, membandingkan merupakan tanda mengejar kesempurnaan yang kelak akan kita sesali ketika kita kehilangannya.
Belajar mencintai berarti belajar untuk memiliki dan belajar membebaskannya. Memiliki hatinya tak berarti mengungkung raga dan pemikirannya. Cinta bukan sekedar benar atau salah, kepatuhan atau pembangkangan. Cinta adalah penghargaan, pengertian dan penyesuaian, bukan sekedar menyamakan segala bentuk keinginan dan mematikan segala bentuk perbedaan. Cinta itu ketulusan untuk saling membahagiakan dengan yang ada yang kita bisa. Perbedaan merupakan warna indah yang akan menyemarakkan nuansa cinta. Persamaan merupakan ikatan yang akan membangun kepercayaan satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar